TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Difia Esa Bunga, Fitria Mahardika, Otto SK dan Pika Merliza
2016
                       
A.     Pendahuluan
Teori perkembangan kognitif Piaget telah terkenal didunia pendidikan, walaupun sesungguhnya Piaget bukanIah seorang pendidik dan tidak pernah berpura-pura menjadi
seorang pendidik. Tetapi dia memberi suatu kerangka konseptual yang bermanfaat untuk memandang masalah-masalah pendidikan. Didalam teorinya, terdapat beberapa prinsip dalam teori perkembangan kognirif Piaget yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.Menurut teori Piaget, pikiran anak bukan suatu kotak yang kosong; sebaliknya anak memiliki sejumlah gagasan tentang dunia fisik dan alamiah, yang bereda dengan gagasan-gagasan orang dewasa. Maka dalam rangka pengembangan pembelajaran yang optimal, maka penulis dalam hal ini akan memaparkan teori perkembangan kognitif Piaget yang dapat menjadi dasar kita untuk membelajarkan anak manusia.

B.     Pembahasan
Riwayat Kehidupan Piaget
Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel Swiss. Ayahnya adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri dibidang sejarah literatur pada abad pertengahan. Piaget pada awalnya tertarik pada Biologi, ketika berusia 11 tahun dia memplubikasikan artikel satu halaman tentang burung pipit albino yang dilihatnya di taman. Antara usia 15 dan 18 tahun, dia mempublikasikan sejumlah artikel tentang kerang.hingga akhirnya ia ditawari posisi kurator koleksi kerang di Museum Geneva saat masih duduk di sekolah menengah. Piaget mendapat gelar Ph.D.di bidang Biologi saat berumur 21 tahun, sampai usia 30 tahun dia telah mempublikasikan lebih dari 20 paper terutama tentang kerang-kerangan dan beberapa topik lainnya. Di usia 23 tahun, dia mempublikasikan artikel tentang hubungan antara psikoanalisis dengan psikologi anak. Setelah mendapatkan gelar doktor, Piaget mendapat bermacam-macam pekerjaan, diantarannya adalah bekerja di Binet Testing Laboratory di Paris. Selama bekerja di Laboratorium itulah Piaget mulai tertarik pada kemampuan inteligensi anak.
Saat menyusun standarisasi tes kecerdasan Piaget mencatat sesuatu yang berpengaruh besar terhadap teori perkembangan intelektualnya. Dia menemukan bahwa jawaban yang salah untuk pertanyaan tes adalah lebih informatif ketimbang jawAban yang benar. Dari hasil pengamatannya bahwa kesalahan serupa dibuat oleh anak yang usiannya kira-kira sama dan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia tertentu berbeda secara kualitatif dengan jenis kesalahan yang dibuat oleh anak usia yang berbeda. Piaget mulai menyadari bahwa inteligensi tidak dapat disamakan dengan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar. Menurutnya pertanyaan yang mendasar adalah mengapa beberapa anak mampu menjawab sejumlah pertanyaan secara benardan anak yang lainnya tidak demikian, atau mengapa seorang anak dapat menjawab sebagian soal dengan benar tetapi salah untuk sebagian soal lainnya. Piaget mulai mencari variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja tes anak.
Piaget meninggalkan Laboratorium Binet untuk menjadi direktur riset di JJ Rousseau Institut di Geneva Swiss, di mana dia bisa melakukan penelitian sendiri, menggunakan metode sendiri, hingga karya utama pertamanya tentang psikologi perkembangan mulai muncul. Dia melanjutkan karyanya dengan mempelajari tiga anaknya sendiri. Dia dan istrinya melekukan observasi yang cermat atas ketiga anak mereka selama bertahun-tahun dan meringkas temuannya di beberapa buku. Penggunaan anak sendiri sebagai sumber informasi penyusunan teorinya telah dikritik banyak pihak. Namun observasi yang lebih luas dengan menggunakan lebih banyak anak ternyata cocok dengan observasi Piaget.
Perkembangan kognitif
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi (Yussen, S., 1992). Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (E.B. Harlock). Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya (Kasiram, 1983 : 23).
            Santrockmenjelaskanpengertianperkembangansebagaiberikut :”development is the pattern of change that begin at conception and continousthrought the life span. Most development involves growth, although it includes decay (as in death and dying). The pattern of movement is complex because it is product of several processes-biological, cognitive, and socio motional.”Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa,  perkembangan adalah suatu perubahan yang terus menerus dari lahir hingga dewasa yang memunculkan sifat-sifat yang baru berdasarkan interaksi dengan lingkungan
Sementara itu,kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain (manusia).
Manusia telah mengalami perkembangan kognitif sejak masa pascakehamilan hingga prakehamilan yang terus menerus berkembang.Pada masa anak-anak atau pun usia pada saat sekolah mengalami perkembangan kognitif yang terus berkembang, dari mulai masa bayi sampai anak remaja. Ada beberapa teori yang menerangkan perkembangan kognitif yang dialami pada anak, salah satu tokoh tersebut itu adalah Piaget. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pikiran. Pikiran anak adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ingatan. Teori Piaget mengatakan bahwa perkembangan mendahului pembelajaran. Dengan kata lain, struktur kognisi tertentu perlu berkembang sebelum jenis-jenis pembelajaran tertentu dapat terjadi.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Untuk lebih memahami mengenai teori perkembangan kognitif dipaparkan bagian-bagain penting dalam teori Piaget.

Konsep Teoritis Utama Piaget
1.      Inteligensi
Menurut Sandtrock (2010: 134), Intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Woolfolk (2008) mengemukakan bahwa intelegensi adalah kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia. Inteligensi artinya membahas kecerdasan seorang anak. Menurut Piaget (Hergenhahn & Olson. 2008: 313), inteligensi atau cerdas bukan sekedar banyaknya jumlah jawaban benar dalam suatu tes inteligensi. Tindakan yang cerdas adalah tindakan yang menimbulkan kondisis yang mendekati optimal untuk kelangsungan hidup. Inteligensi memungkinkan seseorang untuk menangani secara efektif lingkungannya. Artinya inteligensi adalah bagaimana interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Kemampuan ini merupakan ciri bawaan yang dinamis dan terus berkembang. Karena interaksi antara manusia dan lingkungannya senantiasa terus berubah.

2.      Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek.
Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya. Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
3.      Skemata
Skemata adalah bentuk jamak dari skema.  Skema adalah istilah yang amat penting dalam teori Piaget. Suatu skema dapat dianggap sebagai elemen dalam struktur kognitif seseorang. Skemata yang ada dalam diri seseorang akan menentukan bagaimana ia akan merespon lingkungan fisik. Skemata dapat muncul dalam bentuk yang jelas atau tersamarkan. Manifestasi skema yang tidak jelas dapat disamakan dengan tindak berpikir. Jadi jelaslah bahwa cara anak menghadapi lingkungan akan berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan si anak. Agar terjadi interaksi seseorang dan lingkungannya, skemata yang tersedia untuk anak juga harus berubah.

4.      Adaptasi
Jumlah skemata yang tersedia untuk seseorang adalah struktur kognitif orang tersebut. Adaptasi, atau bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya akan bergantung pada jenis struktur kognitif yang ada. Menurut (Hergenhahn & Olson. 2008: 315),  Piaget menyebutkan ada dua proses adaptasi yang ada dalam diri seseorang, yaitu:
a.       Asimilasi
Asimilasi adalah proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang, yaitu dengan jenis pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik.
b.      Akomodasi
Akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif. Modifikasi ini dapat dinamakan dengan proses belajar. Kita merespons dunia berdasarkan pengalamn kita sebelumnya, tetapi pengalaman memuat aspek-aspek yang berbeda dengan pengalaman yang kita alami sebelumnya. Aspek unik dari pengalaman ini menyebabkan perubahan struktur kognitif (akomodasi).
Jelas, jika asimilasi adalah satu-satunya proses kognitif, maka tak akan ada perkembangan intelektual sebab seseorang hanya akan mengasimilasikan pengalamannya ke dalam struktur kognitif. Asimilasi dan akomodasi disebut juga sebagai invarian fungsional karena mereka terjadi disemua level perkembangan intelektual.

5.      Ekuilibrasi
Menurut Piaget, Ekuilibrasi adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal.Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

Asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi adalah tiga proses yang menjelaskan bagaimana proses perkembangan intelektual anak. Berikut adalah gambar proses bagaimana ketiga aspek ini saling berinteraksi:

Seperti kita ketahui, asimilasi memungkinkan seseorang untuk merespons situasi sesuai dengan pengalaman sebelumnya, tapi terkadang terdapat aspek unik dari situasi tersebut yang tidak sesuai dengan pengalaman sebelumnya sehingga menyebabkan ketidakseimbangan kognitif. Karena ada kebutuhan bawaan untuk mencapai harmoni, seimbang (ekuilibrium), struktur mental seseorang berubah agar dapat memasukkan aspek unik dari pengalaman ini dan menyebabkan upaya penyeimbangan kognitif kembali. Tetapi selain usaha memulihkan keseimbangan, penyesuaian ini membuka jalan bagi interaksi baru dan berbeda dengan lingkungan. Akomodasi tersebut menyebabkan perubahan mental, sehingga jika aspek unik tersebut dijumpai lagi, aspek itu tidak akan menimbulkan ketidakseimbangan, karena sudah dimodifikasi.

Selain itu, tatanan kognitif ini membentuk basis untuk akomodasi yang baru, sebab akomodasi selalu muncul dari ketidakseimbangan, dan yang menyebabkan ketidakseimbangan itu selalu terkait dengan struktur kognitif seseorang saat ini. secara bertahap, melalui proses penyesuaian diri ini, informasi yang pada suatu waktu tidak bisa diasimilasi, pada akhirnya bisa diasimlasi. Mekanisme asimilasi, akomodasi dan kekuatan penggerak ekuilibrasi akan menghasilkan pertumbuhan intektual yang pelan tapi pasti.

6.      Interiorisasi
Interaksi awal anak dan lingkungan adalah dari sensori motorik, kemudian dari pengalaman, anak mengasimilasi pengetahuannya dan juga terjadi akomodasi dalam proses perubahan struktur kognitif dalam diri anak tersebut. Semakin banyak pengalaman, struktur kognitif juga semakin berkembang. Oleh karenanya situasi ini memungkinkan anak untuk beradaptasi lebih mudah dengan lingkungannya dengan situasi yang lebih beragam.
Setelah struktur kognitif menjadi lebih luas, anak-anak mampu merespons sesuatu yang lebih kompleks. Mereka tidak lagi bergantung pada situasi sekarang. Penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatnya struktur kognitif inilah yang dinamakan interiorisasi. Setelah semakin banyak pengalaman yang diinteriorisasikan, pemikiran menjadi alat untuk beradaptasi dengan lingkungan. Pada awalnya reaksi adaptif anak akan kelihatan, namun dengan banyaknya interiorisasi ini, reaksi adaptif akan menjadi tak tampak. Contohnya disini adalah, operasi. Awalnya anak-anak akan beradaptasi dengan menggunakan operasi konkret yang kemudian berubah ke operasi formal.

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
            Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas atau berbeda. Menurut Slavin (Yulianto, Azizah, Wulandari, & Dewantara, 2014) Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut
  1. Tahap Sensorimotorik
Tahap pertama perkembangan kognitif seseorang disebut dengan tahap sensorimotorik, Periode ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode, yaitu:
a)      Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
b)      Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
c)      Periode 3 : Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
d)      Periode 4 : Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: Mengibaskan perintang dan Memeluk kotak mainan.
e)      Periode 5 : Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
f)       Periode 6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir dalam mencapai lingkungan.
            Pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.Seseorang bayi mengalami perkembangan kognitif yang sangat cepat. Dengan gerak refleks dan panca indranya, bayi mulai mengerti dunia di sekelilingnya. Melalui proses asimilasi dan akomodasi, si bayi semakin memahami dunia. Hal yang menonjol pada periode ini adalah egosentrisme yang tinggi pada bayi. Ia tidak dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Perkembangan utama yang terjadi pada periode ini adalah pemahaman tentang keberadaan benda-benda dan kejadian-kejadian yang tak terpengaruh aksi individu (object permanence).

2.      Tahap Pra-Operasional
            Tahap Perkembangan kognitif ini berada pada rentang usia 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation (operasi)”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan simbol/semiotik/simbolik”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a)      Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
b)      Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
c)      Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d)      Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e)      Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
Pada Tahap Pra-Operational, Pikiran dan komunikasi mereka cenderung egosentris (tentang diri mereka sendiri).  Egosentrisme berarti ketidakmampuan anak untuk melihat keadaan dari sudut pandang oranglain. Menurut Piaget, anak yang egosentris menganggap bahwa semua orang akan melihat, mendengar,dan merasakan sesuatu sama seperti dirinya. Piaget ingin mengetahui pada umur berapakah seorang anak akan mulai meninggalkan egosentrisme ini (decentering).  Ciri lain dari periode ini adalah animisme, yaitu kepercayaan bahwa benda mati juga memiliki perasaan dan kemauan layaknya manusia.


3.      Tahap Operasional Kongkret
Tahap Operasional Kongkret terjadi pada rentang usia 7-11 tahun. Piaget mengganggap tahapan ini merupakan awal pemikiran logis seorang anak, dimana dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Pada tahap ini seorang anak telah cukup dewasa untuk berpikir logis, akan tetapi terbatas untuk objek yang konkret saja. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a)      Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b)      Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c)      Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d)      Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e)      Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f)       Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.

4.      Tahap Operasional Formal
Periode Perkembangan Kognitif yang terakhir yaitu Tahap Operasional Formal yang terjadi pada rentang usia lebih dari 11 tahun sampai dewasa. Menurut Piaget, Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), Menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social.
Pada tahap ini, seseorang yang dikatakan remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll. Contoh lainnya, dalam menyelesaikan soal jika A < B dan B < C maka A < C, logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya.
Menurut  Kagan (Ichsan, n.d), tahap ini dicirikan oleh tiga kualitas utama.Pertama, analisis masalah menjadi sistematis, kemampuan untuk mempertimbangkan semua kemungkinan pemecahan masalah. Karakteristik kedua, kemampuan untuk berpikir tentang ide dan proposisi yang mungkin. Karakteristik ketiga, struktur mental dengan urutankerumitan yang lebih tinggi, kemampuan yang berkaitan denganpengelompokkan masalah-masalah besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karena pada tahap ini seorang siswa sudah dapat berfikir abstrak seperti melakukan perhitungan matematika kreatif, dan membayangkan akibat dari suatu tindakan. 

Proses Perkembangan Kognitif
ProsesperkembangankognitifseseorangmenurutPiagetharusmelaluisuatuproses yang disebut dengan adaptasi dan organisasi seperti ditunjukkan Piaget melalui ilustrasi diagramdi bawah ini.


Diagram 1. Ilustrasi Proses Perkembangan Kognitif
Diagram diatas menunjukkan bahwa tanpa adanya pengalaman baru, struktur kognitif para siswa akan berada dalam keadaan equlibirum (tenang dan stabil). Jadi, perkembangan kognitif seseorang ditentukan oleh seberapa besar interaksinnya dengan lingkungan (pengalaman baru) yang harus dikaitkan atau dihubungkan dengan struktur kognitif (Schema) mereka melalaui proses organisasi dan adaptasi (Asimilasi dan akomodasi)

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif seseorang dipengaruhi oleh empat hal berikut (Shadiq & Mustajab, 2011, h. 31)
.
1.      Kematangan (maturation) otak dan sistem syarafnya. Kematangan sistem syaraf sangat penting dimiliki setiap siswa. Siswa yang msempurnaan yang berkait dengan kematangan ini, sedikit banyak akan mengurangi kemampuan dan perkembangan kognitifnya. Karena itusekali bagi orang tua untuk membesarkan putera-puterinya dengan mbergizi dan kasih sayang yang cukup, sehingga putera-puteri tersebut akan memiliki kematangan otak dan sistem syaraf yang sempurna.
2.      Pengalaman (experience) yang terdiri atas: Pengalaman fisik (physical experience), yaitu interaksi manusia dengan lingkungannya. Contohnya adalah interaksi seorang siswa dengan kumpulan batu yang ia tata. b. Pengalaman logika-matematis (logico-mathematical experience), yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia. Contohnya, siswa menata kumpulan batu sambil belajar membilang. Dapat juga ketika siswa mulai berpikir bahwa suatu kumpulan lebih banyak dari kumpulan yang lain.
3.      Transmisi sosial (social transmission), yaitu interaksi dan kerjasama yang dilakukan oleh manusia dengan orang lain. Mengapa seorang anak Indonesia yang dilahirkan di lingkungan yang selalu berbahasa Inggris dan selalu berinteraksidengan bahasa Inggris akan menyebabkan ia mahir berbahasa Inggris? Jawabannya adalah adanya faktor transmisi sosial tersebut. Seorang anak yangdilahirkan di suatu keluarga yang lebih mengutamakan penalaran (reasoning) akan menghasilkan anak-anak yang lebih mengutamakan kemampuan penalaran ketika memecahkan masalah.
4.       Penyeimbangan (equilibration), suatu proses, sebagai akibat ditemuinya pengalaman (informasi) baru, seperti ditunjukkan pada diagram  Piaget di atas. Seorang anak yang sejatinya berbakat untuk mempelajari matematika, namun karena ia tidak mendapat tantangan yang cukup, maka perkembangan kognitifnya akan terhambat.

Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran Matematika
Penerapan dari empat tahap perkembangan intelektual anak yang dikemukakan oleh Piaget, adalah sebagai berikut:
1.      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk mengembangkan kemampuan matematika anak di tahap ini, kemampuan anak mungkin ditingkatkan jika dia cukup diperbolehkan untuk bertindak terhadap lingkungan. Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang  ia punya hilang.

2.      Tahap persiapan operasional ( 2 -7 tahun)
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
a.       Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2 tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Penggunaan symbol itu tampak dalam 4 gejala berikut:
1)      Imitasi tidak langsung
Menurut Wadsworth (dalam Paul Suparno, 2001:51), Anak mulai dapat menggambarkan suatu hal yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidak ada. Dengan kata lain, ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri. Contohnya:  Bola sesungguhnya dalam bentuk bola plastik.
2)      Permainan simbolis
Dalam permainan simbolis, seringkali terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian dengan mainannya. Misalnya: Jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia akan bermain bola – bolaan. Menurut Piaget, permainan tersebut merupakan ungkapan diri anak dalam menghadapi masalah, suasana hati, ketakutan dan lain – lain
3)      Menggambar
Menggambar pada tahap pra operasional merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur permainan simbolisnya terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Unsur gambaran mentalnya terletak pada usaha anak untuk mulai meniru sesuatu yang real.
4)      Gambaran mental
 Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Pada tahap ini, anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Umur 4 – 7 tahun (pemikiran intuitif)
Pada umur 4 – 7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 20 kelereng, 16 berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak dengan pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng merah ataukah kelereng-kelereng itu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak daripada kelereng yang berwarna merah.” Tampak bahwa A tidak mengerti pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelereng merah dan putih menjadi suatu himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya. Contoh lain, seorang anak dihadapkan dengan pertanyaan: “Manakah yang lebih berat 1 Kg kapas atau 1 Kg besi?”. Anak tersebut pasti menjawab 1 Kg besi tanpa berpikir terlebih dahulu. 

3.      Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan – aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak masih mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak variabel. ya. Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu menjadi benda B, dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu kembali menjadi benda A. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-), urutan (<), dan persamaan (=). Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8 tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahanyang seterusnya berlanjut pada perkalian. Misalnya guru memberikan soal kepada siswa mengenai perkalian.

4.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah dan ia dapat mengisolasi untuk sampai kepada penyelesaian masalah tersebut. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami.Contoh: Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum limas = ⅓(luas alas)(tinggi limas)
                     = ⅓ × л × r­² × t²
                            = ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
                     = 154 cm³

Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.  Dari hasil pembahasan dapat diperoleh, pertama, sebagai orang tua atau guru harus belajar memahami apa yang dikatakan oleh anak-anak atau peserta didik dan menanggapi dengan cara bicara yang sama dengan yang digunakan oleh anak-anak. Kedua, anak atau peserta didik belajar mengkonstruksi pengetahuanya sendiri. Ketiga, anak atau peserta didik pada dasarnya adalah suatu makluk yang berpengetahuan, yang selalu termotivasi untuk memperoleh pengetahuan atau dengan kata lain anak memmiki keakrifan belajar. Pembelajaran matematika yang selama ini masih banyak kritikan, kurang optimal dan kurang memperhaukan perkembangan kognisi peserta didik, maka dalam rangka pengembangan pembelajaran supaya lebih oprimal  dapat menggunakan teori perkembnagan kognitif Piaget sebagai pertimbangan.
Referensi

Hergenhahn & Olson. 2008. Theories of Learning. Terjemahan oleh Triwibowo. Jakarta: Kencana

Ormrod, Jeanne Ellis . 2012 . Psikologi Pendidikan . United States of America : Pearson
Education.[online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com.[12 April 2016]

Santrock, J.W, & Yussen, S.R. 1992. Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA

Shadiq & Mustajab. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika SD. Yogyakarta: P4TK. [online]. Tersedia:  http://p4tkmatematika.org/file/B11/SD/13.PENERAPAN%20.pdf.[9 April 2016]

Slavin, Robert E . 2008 . Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik . Jakarta : PT.Indeks.
Wm, C.Brown.

Woolfolk, Anita. 2008. Educational Psychology Active Learning Edition. Terjemahan oleh Soetjipto, Helly Prajitno & Sri Mulyantini Soetjipto. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Yulianto, Azizah, Wulandari, & Dewantara. 2014. Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Vygotsky.[online].Tersedia:https://docs.google.com/document/d/1lm2k_V_CXmTMBNgditvFfxomdrWSn3_92qTZeR0j3SY/edit?pli=1. [12 April 2016]

Posting Komentar

 
Top