Teori
Belajar Van Hiele
A.
Van Hiele
1. Sejarah singkat Van Hielle
Van
Hielle adalah seorang guru matematika bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam
pengajaran geometri. Menurut Van Hielle,
ada tiga unsur utama dalam pengajaran
geometri, yaitu waktu, materi pengajaran,dan metode pengajaran yang diterapkan.
Jika ketiga unsur ditata secaraterpadu, akan dapat meningkatkan kemampuan
berfikir anak kepada tahapanberfikir yang lebih tinggi. Teori Van Hiele dikembangkan
oleh Pierre Marie Van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof sekitar tahun 1950-an,
hingga saat ini telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang
kuat dalam pembelajaran geometri sekolah.
2. Karakteristik Teori belajar Van
hielle
Teori Van
Hiele memiliki beberapa karakteristik menurut Clement dalam Aisyah (2007) sebagai berikut:
a. Belajar
adalah proses yang tidak kontinu. Ini berarti terdapat loncatan di dalam kurva
belajar yang memperlihatkan adanya celah yang secara kualitatif membedakan
tingkatan berpikir. Siswa yang telah mencapai suatu tingkat, dia tetap pada
tingkat itu untuk suatu waktu dan seolah-olah menjadi matang. Dengan demikian
tidak akan banyak berarti apabila memberikan sajian kegiatan yang lebih tinggi
dari tingkat yang dimiliki siswa.
b. Tingkatan
Van Hiele bersifat hierarkis dan sekuensial. Untuk mencapai tingkat yang
lebih tinggi, siswa harus menguasai sebagian besar tingkat sebelumnya.
Kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi lebih
banyak bergantung pada isi dan metode pembelajaran dibandingkan dengan umur
atau kematangan biologisnya.
c. Konsep yang secara implisit dipahami pada
suatu tingkat menjadi eksplisit pada tingkat berikutnya. Misalnya pada tingkat
visualisasi siswa mengenal bangun berdasarkan sifat bangun secara utuh, tetapi
pada tingkat analisis, bangun tersebut dianalisis sehingga sifat-sifat serta
komponennya ditemukan.
d. Setiap
tingkatan masing-masing mempunyai simbol bahasa tersendiri dan sistem yang
mengaitkan simbol-simbol itu. Siswa tidak mudah mengerti penjelasan guru
apabila guru berbicara pada tingkat yang lebih tinggi dari tingkat berpikir
siswa. Hal ini mungkin akan memunculkan suatu masalah apabila tingkat sajian
kegiatan, serta bahan pembelajaran tidak sesuai dengan tingkat berpikir siswa
yang menggunakannya.
3.
Tahapan
Berpikir teori Van Hielle
Van
Hielle dalam teorinya menyatakan bahwa seseorang dalam belajar geometri akan
mengikuti 5 tahap perkembangan berpikir yaitu tahap visualisasi,analisis,
deduksi informal, deduksi, dan rigor. Setiap tahap menunjukkan karakteristik
proses berpikirseseorang dalam memahami geometri. Burger & Culpeper (1993:
141- 243) menjelasakan ke-5 tahap perkembangan berpikir tersebut, yaitu:
a.
Tahap visualisasi
Menurut
Clement dan Batista (1992: 427),
tahap visualisasi adalah tahappengenalan konsep-konsep geometri dalam matematika
yang di dasarkan padakarakteristik visual atau penampakan bentuknya. Dalam hal
ini penalaran siswamasih didominasi oleh persepsinya. Pemahaman siswa terhadap
bangun-bangungeometri masih berdasarkan pada kesamaan bentuk dari apa yang
dilihatnya.Bangun geometri dikenal secara keseluruhan bukan secara
bagian-bagian. Padatahap ini siswa dapat membedakan suatu bangun dengan lainnya
tanpa harusmenyebutkan sifat-sifat masing-masing bangun tersebut. Kemampuan
berpikirsiswa masih berdasarkan pada kesamaan bentuk secara visual. Sebagai
contoh,siswa dapat mengenal suatu bagun persegi panjang, karena bentuknya
seperti ”papan tulis” . Dalam hal ini siswa belum dapat menyebutkan unsur-unsur
persegipanjang seperti panjang dan lebar. Jadi pada tahap ini siswa belum
dapatmenentukan sifat-sifat dan karakteristik bangun geometri yang ditunjukkan.
b.
Tahap
Analisis
Clement&
Batista (1992) dalam Husnaeni (2001: 28) menyatakan bahwa siswa pada tahap ini mengakui dan
dapat mencirikan bentuk-bentuk bangungeometri berdasarkan sifat-sifatnya, dan
sudah tampak adanya analisis terhadapkonsep-konsep geometri. Sebagai contoh melalui
pengamatan, eksperiman,mengukur, menggambar, melipat, membuat model dan
sebagainya siswa dapatmengenali karakteristik dan menemukan beberapa komponen
yang mencirikankelas suatu bangun. Meskipun demikian siswa belum sepenuhnya
bisamenjelaskan hubungan antara sifat-sifat tersebut. Jadi belum bisa
melihathubungan antara berbagai bangun, begitu pula dalam memahami definisi.
c.
Tahap
Deduksi Informal
Tahap
ini dikenal dengan tahap abstraksi/relasional ( Clemen & Batista,1992:
427). Menurut Kahfi (2000),pada tahap ini siswa sudah dapat melihat
hubungansifat-sifat dalam suatu bangun (misal dalam jajar genjang, sisi yang
berhadapansejajar berakibat sudut-sudut yang berhadapan juga sama besar. Siswa
dapatmenyusun definisi abstrak (definisi menjadi bermakna), siswa juga
dapatmenemukan sifat-sifat dari kumpulan bangun pada tahap berpikir
deduksiinformal. Ketika siswa menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun,
merekamerasa perlu mengorgansir sifat-sifat tersebut. Satu sifat bisa menjadi
menjadiperantara sifat-sifat lain, sehingga definisi tidak sekedar sebagai
bentuk deskripsi,akan tetapi sebagai cara pengorganisasian yang logis.Dari
kemampuan berpikir ini akan menjadi jelas mengapa persegi adalahpersegi
panjang, karena siswa dapat menemukan bahwa sifat-sifat persegi adapada semua
sifat-sifat persegipanjang. Perorganisasian yang logis dari ide-ide
inimerupakan ungkapan pertama dari deduksi yang benar. Akan tetapi siswa tetapbelum
memahami bahwa deduksi logis adalah metode untuk membangunkebenaran geometri.
Produk penalaran siswa pada tahap ini adalah reorganisasidari ide-ide yang
telah dipahami sebelumnya dengan menghubung-hubungkanantara sifat-sifat bangun
dengan kelas-kelasnya (Husnaeni: 2001)
d.
Tahap Deduksi
Tahap
ini juga dikenal dengan deduksi formal (Clements & Batista, 1992). Siswa
yang telah mencapai kemampuan berpikir tahap ini telah dapat
menyusunteorema-teorema dalam sistem aksiomatis, dapat mengkonstruksi bukti-buktiorisinil.Husnaeni
(2001) mengatakan bahwa, siswa dapat
membuat serangkaian pernyataan-pernyataanlogis yang memenuhi untuk menarik
kesimpulan yang merangkumpernyataan tersebut. Siswa telah dapat memahami
hubungan timbal balik antarasyarat perlu dan cukup. Siswa juga berpeluang untuk
mengembangkan lebih darisatu cara pembuktian, dan menyadari perlunya pembuktian
melalui serangkaianpenalaran deduktif.
e. Rigor
Tahap
rigor adalah tahap dimana siswa dapat bernalar secara formal dalam sistem
matematika, dan dapat mengkaji geometri tanpa referensi model-model. Sasaran
penalaran adalahhubungan-hubungan antara konstruk-konstruk formal. Produk
penalarannyaadalah mengelaborasi dan membandingkan sistem-sistem aksiomatis
padageometri.
Menurut
pandangan van Hiele, pembelajaran geometri hanya akan efektifapabila sesuai
dengan struktur kemampuan siswa (Husnaeni, 2001). Dengandemikian
pengorganisasian pembelajaran baik isi dan materi maupun strategipembelajaran
merupakan peran strategis dalam mendorong kecepatan siswauntuk melalui
tahap-tahap belajar geometri.
Van
Hiele berkeyakinandalam Kahfi (2000) bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak diperoleh guru lewat ceramah,
akan tetapi melalui pemilihan latihan yang
tepat.(
D’Augustine dan Smith, 1992; Clement dan Batista, 1992).
Oleh karena itu van Hiele menawarkan lima
tahap pembelajaran yang berurutan
dan sekaligus merupakan peran guru dalam mengelola proses pembelajaran, yaitu:
Tahap I: Inquiri
Pada
tahap ini, konsep-konsep baru di geometri diperkenalkan melaluiinteraksi antara
guru dan siswa. Pertanyaan yang diajukan diharapkan akanmendorong siswa untuk
meneliti dan mengamati, tentang perbedaan dankesamaan obyek. Tujuan kegiatan
ini antara lain digunakan untuk memperolehinformasi tentang pengetahuan awal apa
yang dimiliki siswa untuk materi yang akan dipelajari dandapat mengarahkan
siswa pada pembelajaran selanjutnya.
Tahap 2: Orientasi Terarah
Pada
tahap ini guru mengarahkan siswa untuk meneliti karakteristik khusus dari obyek-obyek yang dipelajari.
Tujuan pembelajaran pada tahap ini adalah agar
- merangsangsiswa secara aktif
melakukan kegiatan eksplorasi obyek-obyek (sepertimengukur, melipat) untuk
menemukan hubungan sifat-sifat dari bentuk-bentuk bangun,
- guru hanya mengarahkan siswa dan
membimbingnya dalam kegiatan eksplorasisehingga mendapatkan hubungan
sifat-sifat dari bentuk-bentuk geometri
Tahap 3: Uraian/ penjelasan
Pada
tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membagi pengalamannya
tentang bangun yang diamatinya dengan menggunakan bahasanyasendiri. Pada fase
ini siswa diberikan peluang untuk menguraikanpengalamannya, mengekspresikan,
dan mengubah pengetahuan intuitif merekayang tidak sesuai dengan struktur bangun
yang diamati. Bobango (1993)menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam tahap ini
adalah mengkomunikasikanpendekatan dan temuan mereka kepada teman-temannya yang
lain. Peran guru pada tahap ini adalah mengarahkan siswa ketahap pemahaman pada
obyek-obyek,ide-ide geometri, hubungan, pola-pola dan sebagainya melalui
diskusi antar siswadengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
Tahap 4: Orientasi bebas
Pada
tahap ini siswa mendapatkan tugas-tugas dalam bentuk pemecahan masalah, dimana
mereka diarahkan agar dapat menyelesaikannya masalahdengan cara mereka sendiri
dalam berbagai cara. Tahap orientasi bebas bertujuanagar siswa memperoleh
pengalaman menyelesaikan permasalahan dengan strategisendiri. Guru berperan
memfasilitasi soal-soal geometri yang memungkinkansiswa untuk menyelesaikan
permasalahan.
Tahap 5: Integrasi
Pada
tahap ini siswa direncanakan untuk membuat revieu dan ringkasan dari apa yang
telah dipelajarinya. Dalam hal ini guru berperan mendorong siswauntuk membuat
ringkasan , dan mengkonsolidasikan hasil pengamatan maupunpenemuan mereka yang
telah didiskusikan dan mengklarifikasi pengetahuanmereka.
Dalam
penerapannya tahapan van Hielle tidak harus dilakukan secara berurut, akan
tetapi dapat dilakukan secara berulang tergantung dari pemahamansiswa. Apabila
dalam suatu tahap dianggap siswa belum dapat memahami materi,maka pelajaran
dapat diulangi pada tahap sebelumnya.
Tahapan
penerapannya dapat dilihat dari gambar berikut:
Sumber : (Burger & Culpepper,1993)
Keterangan :
Tanda
panah () menunjukkan urutan tahap pembelajaran
Tanda
panah ( ) menunjukkan pengulangan pada tahap pembelajaransebelumnya.
Berikut ini akan
disajikan contoh tahapan dari fase-fase penerapan teori Van Hielle dalam
pembelajaran di kelas VIII dengan mengambil KD. tentang
jaring-jaring kubus dan Balok:
Tabel Hubungan
Fase dan Kegiatan Pembelajaran
Fase
Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Fase 1.
Inquiri /
Informasi
|
Ø Dengan
Tanya jawab guru melakukan eksplorasiatau menggali pengetahuan / konsep yang
telahdipahami siswa sebelumnya tentang sifat-sifatbangun ruang kubus,balok,
prisma dan limas.
Ø Untuk
mengarah pada tujuan pembelajaran,pertanyaan diarahkan pada pengertiantentang
permukaan kubus , balok , prisma danlimas yang sudah dipelajari sebelumnya
|
Fase 2.
Orientasi
Terarah
|
Ø Siswa
dibagi dalam beberapa kelompokkelompok, masing-masing beranggotakan 4-6orang
. Masing-masing kelompok diberikanpaket alat peraga berupa kubus, balok,
prismadan limas .
Ø Kemudian
siswa diminta untuk membukakubus , balok , prisma dan limas tersebutsehingga
semua permukaannya dapatdibabarkan menjadi bidang datar
Ø Guru
mengarahkan siswa untuk menyalinseluruh permukaan setiap bangun ruangyang
diberikan pada kertas yang tersedia,dan meminta masing-masing kelompok
untukmengenali bentuk dari masing-masingpermukaan setiap bangun ruang
tersebut.
|
Fase 3 :
Uraian
|
Ø Guru
meminta siswa untuk menjelaskanbentuk masing-masing permukaan setiapbangun
ruang tersebut.
Ø Dengan
menggunakan metode tanyajawab guru mengenalkan nama jaringjaringuntuk semua
permukaan bangunruang yang dapat dibentuk dari sebuahbangun ruang jika
permukaan tersebutkembali dirangkai kembali
Ø Bersama-sama
siswa mengidentifikasibentuk-bentuk permukaan dari setiapbangun ruang yang
dapat dirangkaikembali menjadi jaring-jaring
|
Fase 4.
Orientasi bebas
|
Ø Guru
meminta siswa dalamkelompoknya, menemukan banyaknyajaring-jaring kubus dan
jaring-jaringbalok yang berbeda dengan caranyasendiri
Ø Siswa
dapat menemukan sebanyakbanyaknyakemungkinan yang dapatmereka temukan
Ø Setiap
kelompok dimintamenggambarkan berbagai jaring-jaringkubus dan balok yang
ditemukannya
|
Fase 5.
Integrasi
|
Ø Guru
meminta setiap kelompok melaporkanhasil jaring-jaring yang ditemukan
danmengelompokkannya menjadi berbagai jaring-jaringyang berbeda untuk kubus
dan balok.
|
Kesimpulan teori perkembangan
Van Hielle
Teori Van Hielle adalah
teori belajar tentang tahap berpikir siswa
dalam
pembelajaran matematika khususnya pembelajaran materi geometri. Implikasi dari teori
ini dijelaskan melalui contoh
pembelajaran geometri di sekolah dasar yang
diharapkan
dapat memberikan kontribusi bagi para guru khususnya guru Sekolah Dasar sebagai salah satu pendekatan
untuk mengajar geometri agar membuat
pembelajaran
menjadi lebih efektif.
Referensi
Aisyah,
Nyimas. 2007. Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Al Naqib, Abd al-Rahman.
1993.
Avicenna.
UNESCO:International Bureu of Education,
XXIII
– 1/2,
p.53-69.
Asimov, M.S. 1980. A Universal Genius. Dalam Jean Gaudin
(Ed). Paris: The Unesco Courier
---------------. 1986. The
Life and Teaching of Ibn Sina. Indian Journal of History of Science.21(3),
p.220-243
Augustine,Charles D’ Smith.1992. Teaching Elementary School
Mathematics. New York: Harper Collins Publisher.
Bobango, J.C. 1993. Geometry
For All Students: Phase-based Instruction. DalamG.Cueves & M.Driscoll
(Eds). Reaching All Students WithMathematics. Reton, VA. National
Council of Teachers ofMathematics.
Burger,W. F &
Culpepper, B. 1993. Restructuring Geometry. Dalam P.S. Wilson.(Ed). Research
Ideas for the Classroom (High schoolMathematics). New York:
Macmillan Publishing Company.
Crowley, M.L.1987. The Van hiele Model of the Development of
Geometric Thought . Dalam Lindquist, M.M and Shulte, A.P. (Eds.), Learning
and Teaching Geometry, K-12, (pp. 1-16). Reston VA: National Council of
Teachers of Mathematics.
Clements,
D. H & Battista.1992. Geometry and Spatial Reasoning. Dalam D.A.
Grows, (ed.). Handbook of Research on Teaching and Learning Mathematics. (pp.
420-464). New York: MacMillan Publisher Company.
Gohlman, William E. 1974. The
Life Of Ibn Sina: A Critical Edition and Annoted Translation. Albany, New
York : State University of New York Press
Husnaeni 2001. Membangun
Konsep Segitiga Melalui Penerapan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas IV Sekolah
Dasar. Tesis tidakditerbitkan.Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Kahfi, M.S. 2000. Merancang
Pembelajaran Geometri di Sekolah Berdasarkan Tahap- Tahap Belajar Van Hiele. Makalah
disampaikan pada SeminarNasional Pengajaran Matematika Sekolah Menengah,
JurusanPendidikan Matematika FMIPA UM, 25 Maret l.
Posting Komentar